browse here

Hai.. ada saat di mana aku ada banyak cerita tapi tak punya satu pun tempat cerita. Sebenarnya bukan sama sekali tidak punya, hanya saja.. rasanya terlalu sungkan dan canggung. Membagi hal-hal pribadi yang sebaiknya disimpan sendiri. Salah-salah cerita ke orang malah jadi aib, 'kan?

Seperti cerita hari ini, lebaran 1 Syawal 1441 H, aku merasa begitu iri pada teman-temanku. Mereka bergelayut manja pada suaminya, atau memeluk istri dan anaknya, lalu berfoto dengan keluarga mereka. Membuat ucapan "Selamat Idul Fitri" dengan memajang foto mereka dan menyematkan kata "kami". Aku iri dengan mereka yang tidak lagi ditanya "kapan?" yang di telingaku terdengar seperti sebuah olokan dan kasihan ketimbang rasa prihatin seperti yang mereka sampaikan.

Saking irinya sampai-sampai aku nekat memajang fotoku berdua dengan kekasihku -yang padahal itu foto dagangannya dan aku yang jadi modelnya. Lalu beberapa teman berkomentar, dan saudara mencecar tanya "benarkah, sudahkah, kapan?" yang lagi-lagi di telingaku terdengar seperti olokan. Hingga akhirnya aku merasa malu.. juga menyesal. Kenapa sih aku harus mengunggahnya hari ini dengan caption yang-astaga-aku-baru-sadar-kalau seolah-olah kami telah menjadi keluarga. Memang benar harapanku -harapan kami- kami akan menjadi keluarga, tapi bukankah di dunia ini tidak ada yang pasti? Astaga.. berangkat dari rasa iri pada orang lain membuatku memikirkan hal yang tidak-tidak dan jadi malu sendiri.


Mungkin tidak ada yang membaca tulisan ini. Aku bersyukur dan sedikit sedih, sih. Bersyukur keluh kesahku tidak ada yang membaca sehingga aku tidak akan diperbincangkan orang lain. Sedikit sedih karena ternyata benar, orang-orang hanya penasaran dan bukannya mereka peduli. Mengecewakan memang, mengharapkan orang lain benar-benar peduli ternyata mereka hanya penasaran.

Yaah.. kau menuai apa yang kau tanam, Ra! Kamu juga sama dengan mereka, hanya penasaran pada kisah orang lain tanpa benar-benar peduli padanya. Kamu juga sama, selalu bertanya "benarkah, sudahkah, kapan?" pada orang lain hanya demi memuaskan rasa penasaranmu.

Anyway, selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Semoga Allah mengampuni segala salah dan khilafku -kamu, kita- dan mempertemukanku -kamu, kita- dengan ramadan tahun depan.
Dan mungkin saja, rasa iriku terbayar di tahun depan -memajang potret kita dengan ucapan "Selamat Idul Fitri" dengan menyematkan nama kita. Mungkin.