browse here

Selamat Ulang Tahun, Perpisahan

Ada yang begitu cepat, waktu
Tubuhku masih merasakan hangat pelukmu
Aku tidak bisa lupa, pikirku
Nyatanya lima tahun telah berlalu
Hari ini, tepat 5 tahun lalu
Aku mengerti bahwa janji adalah omong kosong dan harapan hanyalah semu
Seutas tali yang melapuk telah terputus seiring rindu yang memupus
Cinta? Telah lama ia tiada
Lima tahun pun berlalu
Dengan sadar terus kuhitung maju
Selamat ulang tahun, Perpisahan
Besar harapan tak lagi jumpaimu di kemudian

Hai.. ada saat di mana aku ada banyak cerita tapi tak punya satu pun tempat cerita. Sebenarnya bukan sama sekali tidak punya, hanya saja.. rasanya terlalu sungkan dan canggung. Membagi hal-hal pribadi yang sebaiknya disimpan sendiri. Salah-salah cerita ke orang malah jadi aib, 'kan?

Seperti cerita hari ini, lebaran 1 Syawal 1441 H, aku merasa begitu iri pada teman-temanku. Mereka bergelayut manja pada suaminya, atau memeluk istri dan anaknya, lalu berfoto dengan keluarga mereka. Membuat ucapan "Selamat Idul Fitri" dengan memajang foto mereka dan menyematkan kata "kami". Aku iri dengan mereka yang tidak lagi ditanya "kapan?" yang di telingaku terdengar seperti sebuah olokan dan kasihan ketimbang rasa prihatin seperti yang mereka sampaikan.

Saking irinya sampai-sampai aku nekat memajang fotoku berdua dengan kekasihku -yang padahal itu foto dagangannya dan aku yang jadi modelnya. Lalu beberapa teman berkomentar, dan saudara mencecar tanya "benarkah, sudahkah, kapan?" yang lagi-lagi di telingaku terdengar seperti olokan. Hingga akhirnya aku merasa malu.. juga menyesal. Kenapa sih aku harus mengunggahnya hari ini dengan caption yang-astaga-aku-baru-sadar-kalau seolah-olah kami telah menjadi keluarga. Memang benar harapanku -harapan kami- kami akan menjadi keluarga, tapi bukankah di dunia ini tidak ada yang pasti? Astaga.. berangkat dari rasa iri pada orang lain membuatku memikirkan hal yang tidak-tidak dan jadi malu sendiri.


Mungkin tidak ada yang membaca tulisan ini. Aku bersyukur dan sedikit sedih, sih. Bersyukur keluh kesahku tidak ada yang membaca sehingga aku tidak akan diperbincangkan orang lain. Sedikit sedih karena ternyata benar, orang-orang hanya penasaran dan bukannya mereka peduli. Mengecewakan memang, mengharapkan orang lain benar-benar peduli ternyata mereka hanya penasaran.

Yaah.. kau menuai apa yang kau tanam, Ra! Kamu juga sama dengan mereka, hanya penasaran pada kisah orang lain tanpa benar-benar peduli padanya. Kamu juga sama, selalu bertanya "benarkah, sudahkah, kapan?" pada orang lain hanya demi memuaskan rasa penasaranmu.

Anyway, selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Semoga Allah mengampuni segala salah dan khilafku -kamu, kita- dan mempertemukanku -kamu, kita- dengan ramadan tahun depan.
Dan mungkin saja, rasa iriku terbayar di tahun depan -memajang potret kita dengan ucapan "Selamat Idul Fitri" dengan menyematkan nama kita. Mungkin.

Tidak Pantas

Pernah tidak kalian merasa sangat rendah diri, merasa "aku ini bukan siapa-siapa sedang mereka sangat hebat", merasa "aku ini sangat buruk", merasa tidak pantas?
Jika pernah, apakah kalian terus bersembunyi atau mencoba membuktikan bahwa kamu juga pantas?

Selama ini aku hanya selalu bersembunyi, meyakini bahwa memang aku ini bukan siapa-siapa dan tidak pantas untuk ada di suatu tempat. Tidak, sebenarnya hatiku berubah-ubah. Kadang aku begitu rendah diri, kadang aku penuh semangat menyatakan aku juga pantas. Tapi pada akhirnya aku hanya tetap bersembunyi, atau berlari menjauh.

Ada suatu masalah yang aku merasa diriku benar-benar buruk, aku sama sekali tidak percaya diri. Lalu hadir seseorang yang sepertinya mengerti dan memahamiku, aku berpikir mungkin aku tidak seburuk itu. Aku mulai yakin bahwa aku juga pantas, aku ini bukan lagi bukan siapa-siapa. Tapi suatu hari dia mungkin mulai lelah berpura-pura, entah sengaja atau tidak dia mengatakan sesuatu yang membuatku sadar, "Ternyata aku tidak berubah, aku tetaplah yang terburuk. Sungguh aku memang tidak pantas untuk hal-hal yang baik, termasuk dirinya."