Suatu
kali, aku mengunjungi rumahmu. Mendekati daun pintu yang tertutup rapat.
Perlahan, kucoba ketuk pintu itu -penuh ragu.
Tok..
tok.. hening. Tak ada jawaban.
Tok..
tok.. tok.. tetap hening. Tidak ada jawaban.
Aku
mulai menyesali keputusanku mendekati rumahmu, mengunjunginya. "Mungkin
seharusnya aku pergi. Tidak, seharusnya aku tidak kemari," pikirku.
Suatu
hari aku melewati rumahmu lagi, terpikir kembali untuk mengetuk pintumu. Ragu,
aku mendekat. Mengepalkan tangan dan perlahan mengayunkan ke daun pintu.
Tok..
tok.. hening.
Tok..
tok.. tok.. tak ada jawaban.
Cukup.
Aku pergi.
Lalu
belum genap langkahku beranjak dari pintumu, kau datang dari arah luar. Kukira
kau terkejut melihat keberadaanku. Namun nyatanya kau terlihat gembira -entah,
apa hanya perasaanku saja.
Kau
menyambutku, menyilakan aku duduk di sofa ruang keluarga -dan bukan ruang tamu.
Kau berkata-kata seolah telah lama menanti kepulanganku. Tunggu, mengapa
kepulanganku? Mengapa bukan kedatanganku?
Katamu,
kau berharap aku akan selalu pulang ke rumahmu. Katamu, kau akan selalu
menungguku di rumahmu. Katamu, kau akan membuatku merasa nyaman dan aman ketika
aku ada di rumahmu, di dekatmu.
Aku
tidak tahu mengapa aku secara spontan mengatakan bahwa aku pernah
mengunjungimu, mengetuk pintumu tapi tidak ada jawaban. Aku katakan padamu
bahwa saat kau melihatku di depan pintumu tadi bukanlah kali pertama aku ke
mari. Aku berkata padamu bahwa aku telah mengetuk pintumu berulang kali. Namun
hanya hening, tidak ada jawaban.
"Sepertinya
aku sedang keluar saat itu. Mencarimu," katamu padaku. Mengapa kau
mencariku?
Kau
bilang, bukankah sudah jelas alasannya seperti yang kau katakan tadi. Tapi aku
masih tidak memahamimu.
"Aku
selalu menanti kepulanganmu. Tapi kau tidak kunjung pulang," katamu dengan
nada sedih. "Maka aku mencarimu untuk menjemputmu pulang," sambungmu
dengan senyuman lebar yang belum pernah kulihat.
Mengapa?
Mengapa begitu? Mengapa kau tersenyum seperti itu?
"Kau
tahu, sesungguhnya aku telah lama mengetuk pintumu, tapi sepertinya kau tidak
tahu. Lalu kau datang menghampiriku, mengetuk pintuku. Tapi sebenarnya, kau
telah mengetuknya dari dalam."
Apa
maksudmu?
"Kau
sudah di dalam rumahku. Kau sudah masuk bahkan sebelum kuizinkan. Kau sudah ada
di hatiku bahkan tanpa mengetuk pintuku! Apa kau tak mengerti juga?"
-30/9/18