browse here

Antara Aku dan Hujan #1

hujan seolah tahu suara hatiku
lalu menjawabnya;
“usah kau menangis,
biar kuwakili deraimu dengan rintikku.
biar kubisikkan rintihmu dengan gelegar gunturku
yang sembunyikan amarah di balik rintih itu.”
hujan seolah tahu,
tentang badai yang melanda hidupku semenit sebelum
ia menghujam bumi dengan airnya


Djogdja, 19 Desember 2014

Doa Siang – Malam untuk Pagi dan Sore yang Tak Kunjung Sempurna

Tak ubahnya malam, bintang gemintang kerlip dalam jiwa
Tak ubahnya siang, terik surya terangi pancaran rupa

Tak seperti pagi,
kicau nuri usik nurani hidupi diri
Baikkah? Burukkah?
Halalkah? Haramkah?
Tak pula layaknya sore,
beradu peluh raih tahta dalam pengap kereta
Dorong sana. Tendang sini.
Tipu sana. Duduk sini.

Ini hanya tentang malam,
di mana mimpi baik ‘kan berkawan
Ini hanya soal siang,
di mana takdir baik bukanlah lawan


Clara, 27 Januari 2015 23:19 WIB

Sore Hari Kala Hujan Mencumbuku di Balik Punggungnya

Tiba-tiba saja aku merindu hujan cumbui soreku, hingga kurasa kuyup tubuhku karena rayu rintiknya.
Aku rindu raung hujan gelegarkan kalbu. Memaki dalam guntur. Merintih dengan percik. Tertawa singkat bak kilat menyala dengan mata nanar.

Aku merindu hujan sore itu, kala sebuah punggung.
ada di hadapku. Aku merindu hujan yang buatku mampu merengkuh punggung itu dalam balut keresahan.
Lalu semua menguap seiring berlalunya awan kelabu.
Masalah...
keluh...
kesah...
resah...
gelisah...
Tersampir rapi di balik punggungnya, sebelum kemudian hilang.

Maka kurindui hujan yang cumbui soreku,
dengan tiba-tiba. Dengan sesosok punggung yang
telah kutinggal
lama....


Djogdja, 9 Januari 2015